"Sejak tahun 2000-2011 terjadi fluktuasi jumlah kasus gizi buruk," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana, dihadapan Komisi IX DPR RI, di Bandarlampung, Senin.
Ia menyebutkan, dari kasus gizi buruk tersebut yang meninggal dunia sebanyak lima orang dengan penyebab kematian seperti diare, TBC, pnemoni dan lain-lain penyakit infeksi.
Ia menyebutkan, berdasarkan data Dinas Kesehatan pada tahun 2000 kasus gizi buruk tercatat 164 orang balita, tahun 2001 (186 balita), tahun 2002 (173 balita). Kemudian kasus gizi buruk tercatat pada 2004 tercatat 215 orang balita, tahun 2005 (118 balita) tahun 2006 (122 balita).
Pada 2007 kasus gizi buruk sempat menurun menjadi 67 balita, tahun 2008 kembali naik sebanyak 81 balita, tahun 2009 (115 balita) dan pada 2010 (191 balita).
Ia menjelaskan, jika diprosentase kasus gizi buruk di Lampung terjadi penurunan antara tahun 2007 dengan tahun 2010 yaitu 17,5 persen menjadi 13,4 persen. Angka tersebut katanya masih dibawah angka nasional yaitu 18,4 persen pada 2007 dan 18,0 persen pada tahun 2010.
Kadis Kesehatan itu lebih lanjut mengatakan, kasus Gizi buruk ternyata erat kaitannya dengan Kondisi ekonomi. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar pada 2010 ternyata kondisi ekonomi, pendidikan dan akses terhadap pangan masing-masing berasal dari keluarga miskin, tingkat pendidikan rendah, dan konsumsi energi dan proteinnya rendah.
Karena itu koordinasi lintas sektor harus terus dilakukan dalam menangani kasus gizi buruk seperti bantuan pangan pemerintah daerah, dorongan TP PKK untuk ke Posyandu, dukungan tokoh agama dan pertanian di samping meningkatkan kualitas sistem survelens gizi. Kegiatan tersebut difokuskan pada pemantauan pertumbuhan balita (Posyandu) setiap bulan.
Hasil kegiatan itu menjadi syarat dini dan intervensi segera yang harus dilakukan jika ditemukan balita yang ditimbang tidak naik atau bawah garis merah dari hasil plot penimbangan berat badan di KMS agar kondisi lebih buruk dapat dihindari.
Upaya lain untuk menekan kasus gizi buruk kata Reihana yakni meningkatkan pendidikan gizi masyarakat terutama ibu dalam pengetahuan dan ketrampilan memberikan makanan yang seimbang bagi anggota keluarganya dengan memanfaatkan bahan makanan lokal berupa kegiatan pelatihan kader mengolah makanan lokal. Selain itu meningkatkan fungsi dan peran Posyandu oleh lintas sektor melalui kegiatan advokasi dan pembinaan.
0 komentar:
Posting Komentar